HAL JALAK

Nemu tulisan Agustus 2016 di grub FB Puisi Pendek Jndonesia. Asyik juga. Yuk kita baca lagi.

HAL JALAK

tapak jalak
galak jalak 
gelak jalak 
kelak jalak 

#puisipendekindonesia
--------

mengapa saya suka jalak kebo? 

disebut jalak kebo atau jalak kerbau, karena burung berwarna hitam, dengan kaki dan paruh kuning, serta goresan putih di ujung sayap, ekor dan lingkar mata ini, biasa hidup di punggung kerbau, binatang sejenis banteng. Bahkan saya juluki jalak banteng atau Si Banteng.

disebut juga jalak sungu atau jalak tanduk karena nampak eksotik ketika bertengger pada tanduk. Bercengkrama di situ sambil makan kutu-kutu. 

disebut juga jalak sawah, karena hidupnya di areal persawahan. Sehingga kalau siapapun berteman dengan jalak kebo, ia akan merasa hidup sebagai anak sawah atau manusia sawah, atau teman petani.

dari warna hitamnya burung jalak berkesan galak termasuk pada bagian suara-suara tertentu. Tetapi aksen putih pada mata dan ujung bulumya, dan warna kuning pada paruh dan kakinya memberi kesan manis, lucu, dan indah.

percaya atau tidak ketika populasinya masih tinggi, dulu burung ini masuk katagori hama. Sarangnya di mana-mana, bahkan konon ada yang di atap-atap rumah. Tetapi kemudian cukup hidup di sekeliling pedesaan, terutama di pesawahan dan tepian hutan.

konon lagi, karena populasinya yang masih cukup banyak, ditambah lagi pengembangbiakannya tidak sulit dilakukan oleh peran manusia, maka harga jalak kebo tidak terlalu mahal.

tapi untuk jalak jadi, dengan suara gacor, jalak kebo harganya bisa mencapai standar umum 1 jutaan. Tetapi sebagai burung kicau tanpa klasifikasi prestasi suara kusus, rata-rata 100-200ribu-an.

terlepas dari soal harga, jalak kebo atau jalak sungu adalah teman hidup yang ramah, menyenangkan, meskipun kadang terdengar berisik. Saya pakai istilah teman hidup, karena rata-rata burung kicau bukan untuk dinikmati dagingnya semisal burung merpati. Tetapi untuk ketentraman hati. Sampai matinya. Maka harus pula ditemani dengan cinta. Cukup pakan, minum, kebersihan, dan penyinaran mataharinya.

akan lebih terasa sebagai teman hidup lagi tentunya bagi masyarakat perkotaan yang jenuh oleh kerja keras, oleh penat dan sumpek, oleh deru dan debu kota.

sementara bagi para penjual pakan, sangkar, sarung kurungan dll jalak rumahan adalah ladang rejeki. Kalau di satu rumah ada satu jalak, semakin banyak orang memeihara jalak, juga semua burung kicau, semakin laku kios-kios burung.

tapi saran saya, jangan ganggu burung-burung yang populasinya cepat berkurang, apalagi yang mulai punah. Apalagi yang sulit atau tidak bisa dibiakkan manusia.

dan pesan bapak saya, alm. Soetoyo Madyo Saputro,  Orang Hutan, Wong Alas, Manusia Perkebunan: "Jangan pernah memelihara burung atau binatang alam apapun kalau tidak sanggup memeliharanya dengan cinta".

ada pendapat, burung di dalam sangkar, terpenjara. Tetapi ada naluri alam lain, burung yang biasa hidup dan bernyanyi-nyanyi di sangkar, kalau hidupnya bahagia karena cinta, akan merasa lebih nyaman di dalam sangkar daripada tiba-tiba dilepaskan ke alam liar. Baginya alam liar adalah neraka.

Kemayoran, 16 Agustus 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG