DINDING PUISI 184

DINDING PUISI 184

Baru di era milenial kini ada kalimat penyiar radio, "Kirim rekaman puisimu, nanti aku putar". Atau kalimat di layar TV, "Kirim video kalian, nanti video kreatif yang terpilih akan ditayangkan". Tentu di era kolot-nial hal itu tidak ada. Terakhir tahun 2000-an bisa ngirim puisi pendek via SMS atau on air berpuisi pake HP sudah luarbiasa. Saat ini, fasilitas rekaman dan pengiriman hasil rekaman itu melalui media HP sudah sangat maju. Tidak cuma kualitas suara, bahkan kualitas gambar dan videonya sangat menjanjikan. 

Tidak cuma itu, di 'dunia rumah' selama gangguan pandemi corona pun, dialog sastra secara virtual bergerak sangat kreatif dan dinamis. Subhanallah. Ada yang sekadar untuk kepentingan jaringan dan pendokumentasian, sosialisasi ke media sosial, maupun untuk siaran radio dan TV. 

Khusus pada kalimat penyiar radio, "Kirim rekaman puisimu untuk disiarkan", jujur, saya menaruh perhatian sangat tinggi. Juga terharu, karena saya pun lama kerja sastra di situ. Sebab meskipun jangkauan siaran TV nasional jauh lebih luas, tetapi sepakterjang apresiasi sastranya tidak seprogresif radio. Selain radio bisa punya acara sastra mingguan dengan  berbagai variasinya, radio juga bisa memiliki kegiatan off air, sastra mingguan. Sebut saja, program aula sastra dan wisata sastra. Atau setidaknya rutin mengunjungi komunitas-komunitas sastra. 

Benar. Radio adalah juga tempat bersastra. Bersastra dalam pengertian memanfaatkan sastra untuk berbagai maksud termasuk dalam rangka sukses literasi, bersastra untuk pembinaan bakat dan memberi ruang kreatif, serta bersastra bagi para penyair untuk berinteraksi dengan masyarskat luas. 

Sedangkan variasi mingguan sastra di radio yang saya maksudkan karena adanya macam-macam acara sastra dalam beberapa hari berbeda tiap minggu, baik sastra daerah maupun sastra Indonesia. Ada ruang puisi, ruang pantun, cerita cinta, ruang komunitas seni, dll. Bahkan pembahasan oleh penyiar dan narasumber menyelingi pemutaran cerita wayang, pun bahasan sastra. 

Terakhir sekadar penegas, sukses literasi sastra di radio tidak selalu harus diukur dari ajakan kepada masyarakat untuk rajin baca buku sastra. Meskipun jualan buku atau promo perpustakaan tetap utama. Sebab bisa cukup bagi siaran radio, memperdengarkan dan membahas karya-karya sastra sampai masyarakat pendengar termotivasi atau tergerakkan setelah tercerahkan, berkesadaran dan berkesaksian melalui tema-tema karya sastra itu.  

Kemayoran, 06 07 2020
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama@gmail.com
Cannadrama.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG