DINDING PUISI 186

Selama ini banyak orang mengira tangan puisi hanyalah tangan penyair yang biasa memegang pena atau alat tulis apa saja untuk menulis puisi, atau untuk memijit tombol mesin tik / keyboard komputer. Tetapi kemarin saya bilang ke Ari Kpin, seorang penggiat seni yang punya fokus lama di bidang musikalisasi puisi, "Semoga cepat sembuh, Kang. Semoga lekas baik. Sebab selain tangan kreatif, tangan itu juga tangan puisi". Tentu bermaksud memberi penekanan, bahwa bagi puisi jarijemari seorang musisi musikalisasi puisi berarti sangat besar. 

Pernah saya uraikan secara sekilas di Dinding Puisi Indonesia sebelumnya, musikalisasi puisi adalah satu cara jitu mengomunikasikan puisi ---isi puisi, kepada masyarakat luas. Bahkan bisa tembus ke luar komunitas sastra yang eklusif. Tentu beda dengan lagu-lagu pada umumnya, karena semua lagu akan dinyanyikan seragam oleh siapapun. Semisal lagu Sewu Kuto dari Didi Kempot atau lagu Kasih Putih dari Glenn, pasti akan dinyanyikan seperti itu oleh siapapun di manapun. Kalaupun akan diubah, paling-paling seperti kebiasaan lama, dibuat disko, reageae, dangdut, versi keroncong, dll. Tidak demikian di musikalisasi puisi.  Sebuah puisi bisa dinyanyikan atau dimusikslisasi secara berbeda-beda oleh siapapun yang mau. Sebab itu bagian dari interpretasi dan komunikasi puisi.

Sampai suatu saat ada seseorang berbisik, "Kok puisi itu dinyanyikan begitu sama dia? Kurang masuk ke hati". Saya bilang, "Soal selera. Interpretasi dia seperti itu". Tentu selain dinyanyikan, musikalisasi puisi bisa bersifat pembacaan puisi yang diiringi backsound musik yang secara rasa dianggap nyambung. Misalnya puisi sedih diiringi musik sedih. Letak musikalitasnya tentu ada pada suara musiknya yang memenuhi kaidah bermusik. 

Saya sangat menghargai pemusik yang fokus total atau setidaknya yang peduli pada musikslisasi puisi, sebab suaranya atau tangannya dalam memainkan alat musik adalah permata penyampai puisi melalui cara yang lain. Sehingga popularitas dan pesan puisi bisa tembus ke banyak kalangan. Selain itu sebagai orang yang bertahun-tahun jadi koordinator kegiatan, EO berbagai acara off air di #radio, juga di komunitas luar radio, saya bisa merasakan aura 'jual-beli'nya. Musikalisasi puisi di panggung baca puisi adalah alternatif yang sangat membeli hati. Subhanallah.

Kata Ari KPIN, "Beberapa hari yang lalu saat bikin properti untuk keperluan garapan drama, terkena golok, Kang. Sekarang lagi nunggu hilang bengkak dan kering luka, supaya minggu depan bisa dibuka jahitannya".

Kemayoran, 09 07 2020
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama@gmail.com
Cannadrama.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG