DINDING PUISI 214

Tidak terasa grup Puisi Pendek Indonesia (#PuisiPendekIndonesia) di media sosial FB, yang saya gagas dengan mendapat dukungan dari banyak teman, sampai hari ini, Kamis, 20 Agustus 2020, bertepatan dengan Tahun Baru Hijriah, 1 Muharam 1442-H, mencapai 6.194 anggota. Untuk sebuah komunitas sastra siber (cyber), ini sangat membahagiakan. Layak disyukuri. Termasuk dengan menimbang manfaatnya. 

Kalau kita sudah bicara tentang sesuatu hal utama di atas perahu, tidak perduli jumlah orangnya yang sidik dan amanah, kita sudah sukacita. Sebab dari semisal perahu itulah akan lahir, menyebar, beranak pinak generasi yang bisa kita sebut pelestari atau duta puisi pendek Indonesia. Suatu potensi yang tidak main-main. Aset yang tidak kecil. 

Nama-nama temuan dan model puisinya bisa beraneka ragam. Progresif. Saling melengkapi. Tapi simpul kuncinya, puisi pendek Indonesia adalah kekayaan dan khazanah sastra Indonesia dan dunia. 

Di awal tahun baru, 1 Muharam, sebagai suatu kebetulan yang baik, saya mengjngatkan kembali definisi puisi pendek Indonesia, yaitu: "Puisi pendek Indonesia adalah puisi pendek berbahasa Indonesia. Puisi sekali baca, dalam intonasi yang tepat, dalam setarik nafas. Khazanah sastra Indonesia yang terpengaruh tradisi kreatif dari sastra tulis dan sastra lisan yang serba pendek di Nusantara. Baik dari tradisi sastra  yang berbahasa daerah maupun berbahasa Indonesia. Dan yang lahir dari tuntutan proses kreatif sastra Indonesia modern yang serba pendek. Kadang ada yang mirip haiku dari sastra Jepang. Atau yang sebenarnya haiku berbahasa Indonesia, yang bukan terjemahan, yang merupakan bagian dari puisi pendek Indonesia". 

Definisi ini lebih jelas ukurannya daripada definisi yang kita dapat sebelumnya. Misalnya, puisi singkat, puisi irit kata, puisi yang tidak lebih dari satu halaman buku terbitan, atau "disebut puisi pendek karena lebih pendek daripada puisi pada umumnya", atau "disebut puisi pendek karena lebih pendek dari puisi lain", atau yang menggunakan patokan puisi populer, "disebut puisi pendek karena lebih pendek dari puisi Aku karya Chairil Anwar", atau memakai pembanding, "yaitu puisi yang lebihkurang samadengan haiku atau pantun dua baris". 

Tapi saya kadang harus merasa mewakili anda yang 'senyum-senyum', ketika melihat ada juga yang mengirim ke grup Puisi Pendek Indonesia karya yang berbentuk puisi panjang. Setidaknya dianggap lumayan lebih panjang jika dibandingkan dengan rata-rata maksimal puisi pendek. Apalagi yang  berupa video atau audio-visual. Kadang terdengar sebagai surat curhat yang panjang. Memang. 

Tapi gini. Saya sih sebagai penikmat segala di suatu ruang masih bisa asyik-asyik aja. Meskipun mengawalinya dengan pencermatan yang ketat. Begitupun sikap pengirimnya. Pada awalnya banyak yang sangat hati-hati sekali, sampai-sampai berderet di grup ini puisi-puisi yang suka dijuluki 'puisi singkat'. 

Ya ya ya. Saya seperti bikin atau masuk taman anggrek. Sana-sini penuh anggrek. Tapi sebagai sebuah taman terbuka, di berbagai sudut ada bunga-bunga lain. Ada bentangan rumput luas yang bukan anggrek. Bahkan ada beberapa pohon tinggi dan rindangnya. 

Pengalaman mengikuti grup-grup puisi, baik yang saya kelola maupun yang dikelola teman-teman, ternyata ada yang memberlakukan aturan super ketat pada karya-karya di grupnya. Ada juga yang mempersilahkan siapapun  menjadi anggota meskipun suka mengirim karya yang beda, misalnya artikel puisi dan video pembacaan puisi panjang. Saya sendiri di grup Puisi Pendek Indonesia berharap agar anggota yang mengirim puisi panjang tidak lagi mengulanginya. Tanpa harus menolak keanggotaannya. Karena dalam keadaan tidak mengirim puisi pendek sekalipun ia berposisi sebagai pencinta, pengamat, atau pemula yang sedang memulai bikin puisi pendek. 

Sementara untuk berbagai pihak yang suka ngirim video puisi panjang, saya masih bisa melihat sisi permaklumnya. Rata-rata mereka sedang memanfaatkan grup puisi pendek untuk mempromosikan channel videonya, baik di akun FB-nya maupun di youtube. Saya melihat, selain mengapresiasi puisi pendek karya para pengirim, mereka menjadi pengiklan channel-nya itu. Selagi tidak dipersoalkan oleh media sosialnya kita masih bisa maklum. 

Penjelasan saya ini adalah bentuk penegasan, tidak terjadi salah urus konten grup. Kalau ada yang dilaporkan unggahannya mengacau, tetap kita bersihkan. Meskipun selain masih ada beberapa yang keliru karena mengirim puisi panjang, ada juga yang bentuk puisi pendeknya masih belum menunjukkan kesempurnaannya untuk disebut puisi. Untuk hal ini otomatis akan memasuki sidang pembaca yang saat ini berjumlah 6000-an itu. Sekaligus akan melabeli dengan sendirinya, ia sudah penyair atau belum?  

Akan seperti apa grup-grup sastra di media sosial ini kelak? Yang jelas ini adalah titik-tiik semangat yang progresif. Fokus kita yang terbesar di Indonesia adalah pada kebudayaan luhur dan keberadaban bangsa ini. Ketika sastra adalah kesejahteraan utama di situ. 

Selamat berkarya. Terus berproses kreatif. Kita semarakkan Puisi Pendek Indonesia.

Kemayoran, 21  08 2020
                      01 Muharam 1442-H
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama@gmail.com
Cannadrama.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG