DINDING PUISI 215

Anggap aja ini dialog hiburan akhir pekan. Bersahaja dan mencerahkan.

Mensyukuri 6.200 anggota, saya telah mengulang lagi tulisan di grup Puisi Pendek Indonesia di media sosial FB begini; "Puisi pendek Indonesia adalah puisi pendek berbahasa Indonesia. Puisi sekali baca, dalam intonasi yang tepat, dalam setarik nafas. Khazanah sastra Indonesia yang terpengaruh tradisi kreatif dari sastra tulis dan sastra lisan yang serba pendek di Nusantara. Baik dari tradisi sastra  yang berbahasa daerah maupun berbahasa Indonesia. Dan yang lahir dari tuntutan proses kreatif sastra Indonesia modern yang serba pendek.

Kadang ada yang mirip haiku dari sastra Jepang. Atau yang sebenarnya haiku berbahasa Indonesia, yang bukan terjemahan, yang merupakan bagian dari puisi pendek Indonesia". 

Ternyata tidak cukup dengan doa, tanda jempol dan luv. Ada juga yang berkomentar, di antaranya begini:

Suryati Sema / SS (Komentator):
Bukankah haiku ada sebelum puisi-puisi pendek di Indonesia ada ? 
Sama halnya dengan tanka yang adalah seperti pantun nasehat dalam ranah perpuisian Indonesia. 

Saya:
Suryati Sema, boleh masuk wilayah penelitian. Tapi semodel pantun Melayu dua baris juga puisi pendek di Indonesia, yang menginspirasi puisi pendek berbahasa Indonesia (puisi pendek modern). 

Selain itu, kita tidak bicara kapan haiku mulai diciptakan, tapi kapan "Haiku Indonesia" mulai ditulis orang Indonesia dengan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bentuk pengaruh sastra Jepang. Bukan terjemahan.

SS:
Ya, tetapi puisi dari negeri Jepang, haiku dan tanka adalah puisi tertua. Itu yang pernah saya baca🙂

Saya:
Suryati Sema, silahkan saja diteliti soal itu. Itu urusan Jepang. Saya hanya bicara lahirnya puisi pendek Indonesia yang asli pengaruh sastra Nusantara sejak masa silam, dan bentuk proses kreatif baru.

SS:
(Setelah ngasih jempol) Pak Gilang, bukankah bapak bergabung dalam grup new haiku gawai ?

Saya:
Suryati Sema, ya saya anggota "grup haiku Indonesia", karena saya tidak anti Puisi Pendek Indonesia. Karena haiku berbahasa Indonesia, yg bukan terjemahan, adalah puisi pendek Indonesia juga, adalah 100% sastra Indonesia juga. Tapi benar, itu pengaruh sastra Jepang. Bahkan saya suka haiku Jepang, yg beberapa diantaranya sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Saya baca tahun 90-an. (Lalu saya kasih gambar love dan secangkir kopi)

SS:
Saya sebelumnya adalah member dari grup new haiku dengan nama Alamat Tami dan mungkin saya satu-satunya member new haiku yang paling belum bisa ber-haiku sampai sekarang😅😃

Saya:
Ok. Bahkan selain suka baca haiku Indonesia dan haiku terjemahan, saya sudah membuat beberapa haiku dan diterbitkan. Bisa dibaca di buku Mendaki Langit. 

Kemayoran, 21 08 2020
Gilang Teguh Pambudi 
Cannadrama@gmail.com
Cannadrama.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG