DINDING PUISI 219

Kalau anda sekarang berada di depan rumah, bolehlah segera ke samping rumah. Atau kalau sedang menghadap ke depan, coba geser pantat hadap ke samping. Bikin komunitas sastra 100. Maksudnya 100 anggota. Kok 100? Karena anda cerdas dan gak pernah menipu. Jadi kalau 1 orang sedang baca puisi, 99 penontonnya. Jadi sejak kapan anda punya gawe sepi penonton? Kalau akhirnya membludak, yang 99 itu menjaga protokol sekaligus "pemandu tepuk". 

Sebagai bala bantuan you telpon 7-10 teman dekat yang doyan puisi atau yang bisa diajak doyan puisi atau minimal yang bisa diajak berasyik-asyik dengan kegiatan kesenian daripada keluyuran dan nongkrong gak karuan. Maka dengan 10 pasukan elit awal itu bikinlah langkah cepat dalam seminggu, mengumpulkan 100 anggota. Sebaiknya jangan langsung ngasih kebebasan ke satu-dua sekolah, sebab pengalaman saya, pernah digruduk 150 siswa dari 1 sekolah yang pingin diajari dasar teater. Semacam pembekalan gitu. Ha! Maksud guru pembimbingnya buat pengetahuan umum mereka. Biar gak gagap. 

Ok. Ok. Anggap yang 100 orang itu dengan sekali narik keraras pisang sudah ngumpul. Berikanlah pengenalan lingkungan dan kegiatan yang mendidik dan menyenangkan. Dasar-dasar yang cair dan cerah. Misalnya awali dengan olahraga ringan. Lari-lari keliling sanggar sambil menyanyi. Lompat-lompat di tempat. Lalu menari seirama ragam musik, suka-suka, ada dangdut, jaipong, keroncong, musik anak-anak, pop, rebana, rok dst. Lalu olah tubuh teaterikal seperlunya. Diakhiri dengan pelemasan dan olah nafas. Lalu tanyakan satu hal, "Barusan kita habis ngapain ya?"

Setelah mereka sedikit nyengir dan gila karena ketawa gak jelas, ajak duduk melingkar dan berdoa. Yang tenang dan kusyu. Jangan dibuat-buat. Apalagi direkayasa biar nangis-nangis. Kali ini anggap yang begituan gak penting. Tidak boleh bercanda. Setelah waras, mulailah ajak bicara tentang keajaiban puisi. Bikin yang agak beda, karena tentang luasnya rahasia puisi ini tugas utama guru sastra, selain praktek cara bikin karya sastra. Itu sebabnya mereka laku di dunia pendidikan. Begitu, sebab puisi hanya sah milik orang gila yang waras. Lalu perlahan-lahan olah vokal dan mulai baca puisi secara tepat, tersampaikan dengan jelas pesan puisinya, sebelum menanjak ke pilihan-pilihan teknik dan gaya baca puisi. 

Setelah merasa cukup, katakan, "Pekan depan saya ingin buat Malam Puisi dan kalian pengisi acaranya. Sebagian baca puisi serempak, sedangkan sebagian perorangan atau berdua-bertiga. Kita atur". Lalu puisi-puisi dari beberapa buku ditawarkan. Kita yakin dari sekian orang ada yang akan memohon, "Saya mau baca puisi karya sendiri", atau, "Saya mau bikin puisi dulu tapi nanti tolong dikoreksi". 

Singkatnya, seminggu kemudian Malam Puisi berjalan mulus. Banyak yang baru tahu, kain robek dan sebuah kotak bekas kemasan di pasar bisa bikin puisi lebih melesat langit.  Acara pun dapat sambutan dari berbagai kalangan. Ucapan selamat mengalir. Bahkan diberitakan oleh beberapa media, selain disebarkan melalui media sosial yang terkoneksi pada multi jaringan sastra. 

Apa yang saya kemukakan adalah satu cara baca masa depan sastra kita. Satu di antara beribu. Bahwa mereka setidaknya akan fasih menjawab dua hal. Pertama, apa yang dimaksud dengan puisi? Kedua, apa guna puisi? Selebihnya mereka akan suka baca buku puisi, berkunjung ke perpustakaan, lihat pameran buku, dan menghadiri berbagai even sastra. Bahkan kelak mengajak juga anak dan cucunya. Meskipun ada yang di atas itu kualifikasinya, hidupnya adalah kecerahan dan keindahan puisi, betapapun tidak bisa dianggap ringan tantangan, cobaan dan liku-likunya. Beberapa orang dari mereka tidak mustahil malah ketiban takdir, membawa amanah, muncul sebagai penyair yang handal dan populer. 

Setelah selesai satu even itu anda bisa bikin dua keputusan strategis. Bubarkan. Karena halal. Atau lanjutkan dengan forum mingguan atau bulanan. Atau kasih merk, "Sampai jumpa pada even berikutnya". 

Jangan terlalu memikirkan bahwa anda yang memulai. Even-even saya pun sudah banyak yang dilupakan orang, bahkan saya pun lupa, even apa saja dulu? Cukup bersyukur dan berbahagia bahwa anda berguna. Lumayan kita ini ada manfaatnya. 

Begitulah komunitas. Lebih tepatnya saya mau bilang, komunitas adalah diri anda. Dari ujung rambut sampai ujung kaki yang pada setiap jengkalnya adalah sekretariat yang beda-beda. Yang ketika mau diformalkan minimal anda mesti membelahdiri jadi 3, ketua, sekretaris dan bendahara. Atau menjadi 7. 

Kemayoran, 24 08 2020
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama@gmail.com
Cannadrama.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG