DINDING PUISI 237

DINDING PUISI 237

Rina Heryani, penulis di Cimahi kemarin nulis pertanyaan pendek di akun FB-nya.  Model pertanyaan pendek seperti yang ditulis juga oleh para penulis lain. Kali ini dia bertanya, "Apakah literasi menurut anda?" Saya fikir pertanyaan yang bagus, terlepas apakah sebenarnya sedang bertanya untuk suatu maksud tertentu atau sekadar bikin 'ulah baik' di media sosial. Depan pertanyaan ini saya teringat tahun 1994 ketika Sigit Kamseno didampingi Idrus Alkaf dalam Diklat Kepenyiaran #RRI di Bandung bertanya kepada saya dkk, apa pengertian musik menurut anda? Bagi saya ini diklat kesekian kalinya, karena saat itu saya sudah beberapa kali mengikuti diklat kepenyiaran dan jurnalistik radio PRSSNI. 

Lalu saya komentari spontan dan seperlunya tulisan Rina Heryani itu, "Wah. Siang dengan pertanyaan yang menarik. Seperti buah berkilau embun pada tangkai yang rimbun. Ketika angin ngahiliwir lembut. Literasi sesungguhnya adalah proses memahami hidup, lewat catatan alam terbuka, dan bacaan tertulis tentang apa saja, pun dari mendengar orang bijak bicara apa? Sukses literasi adalah, apal atau hafal. Seseorang yang paling hafal jalan ke Jakarta adalah ketika posisi dia sudah sampai di Jakarta dengan mengatasi sepenuh paham segenap permintaan perjalanan. Ada niat, syarat, hukum wajib dan sunahnya, dan sahnya sampai di tempat yang diridoi Allah. Tentu, melintasi syareat, tarekat, hakekat, dan makrifat. (Itu sebabnya ada sampai Jakarta secara syareat badaniah ada sampai Jakarta secara hakekat suatu maksud). Sukses literasi itu seperti seseorang yang setelah membiasakan diri minum air putih (yang menyehatkan), ia sangat bersyukur karena memetik manfaatnya, disertai tahu cara-cara mendapatkan air itu hingga tunai direguknya. Seperti menulis ulang sebuah buku yang dulu pernah ditulis oleh para leluhur yang mulia. Melengkapinya dengan pendekatan terbaru untuk mengatasi keadaan (mutahir), serta menemukan solusi-solusi yang semakin memudahkan. Ya, rumus dan teori baru yang telah dibuka Tuhan secara perlahan dari kunci terang yang utama. Dari nubuatnya. Mengikuti perkembangan". 

Secara sederhana literasi memang benar selalu dikaitkan dengan membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah-masalah hidup, terutama berkaitan dengan sukses hidup sehari-hari. Sehingga mudah dipahami, siapakah yang literat? Siapakah yang telah mengatasi persoalan hariannya dengan segenap ilmu dan pemahaman? Tentu tidak harus pakai ukuran yang kaya lebih berhasil tentu saja, karena banyak faktor yang mengikutinya, termasuk modal warisan yang menentukan, faktor keberuntungan yang besar, bahkan keberhasilannya dalam memakai logika tipu-tipu. Meskipun ya, menjaga modal warisan dan siaga pada keberuntungan suatu ketika juga butuh kecakapan khusus. 

Saya pun kalau saat ini di posisi pengusaha sukses dan kayaraya ingin sesekali menjawab pertanyaan, "Bagaimana bisa sukses?", dengan jawaban, "Salahsatunya karena permah dikasih modal Bupati". Haha. Gara-gara, saya pernah dapat honor juri lomba puisi Piala Bupati, Rp.500.000,-. 

Pendeknya, hikmah Rasul lebih kuat. Meskipun ada pihak yang selalu menabukan kata Rasul dan sejenisnya, selalu dicurigai sebagai bentuk kesepihakan. Padahal ia gagal menafsir. Padahal itu 'kalimat' terbuka. Hak Allah. Hak seluruh manusia dan segala bangsa. Bagi yang terbuka, fanatisme pun menjadi fanatisme keterbukaan.

Tulisan Sabtu pagi ini saya pungkas dengan pertanyaan menarik dari penyair Sofyan Rh Zaid di akun media sosial FB-nya, "Apakah sastra itu Jalan atau Tujuan? Berjalan sambil mencari tujuan."

Kemayoran, 19 09 2020
Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com
Cannadrama@gmail.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG