ASIAN GAMES BUNG KARNO, BOLA PERTAMA, DAN ASIAN GAMES PRESIDEN JOKOWI

DARI TUJUH MATA CINTA

pada tiang gawang
dan rumput lapangan
percintaan adalah cerita
asmara yang membara

Kemayoran, 012018
#puisipendekindonesia 
-----

Stadiun Modern Gelora Bung Karno baru diresmikan beberapa menit oleh Presiden Jokowi, Minggu, 14012018. Para tamu, tim pelatif, pemain dan penonton pun masih senyum-senyum menikmati kursi-kursi baru yang eklusif. Langsung disambut gol pertama Timnas Indonesia untuk Asian Games 2018 dalam partai ujicoba di hari peresmian itu, melawan tim nasional Islandia untuk Piala Dunia.

Itu jelas bukan sekedar gol hiburan. Sebab biasanya gol hiburan itu hanya pantas ditujukan untuk satu-satunya gol balasan ketika kita diberondong gol lawan lebih dari tiga gol. Sedangkan yang dicetak Irham Udin Armain di Gelora Bung Karno kali ini menunjukkan, Timnas Asian Games Indonesia itu jangan dianggap remeh, meskipun akhirnya kalah 1-4. Kalah kelas sejak awal.

Sebelum pertandingan ini, 'hiburan' profesional, yang sesungguhnya bukan sekadar hiburan, juga sempat diberikan Timnas Seleksi (timnas dadakan yang sebagian pemainnya sudah berstatus veteran)  ketika menghadapi tim yang sama, meskipun kalah, 6-0. Saat itu di menit awal penjaga gawang bisa menahan tendangan finalti Islandia, yang membuat Tim yang lolos Piala Dunia itu geleng-geleng kepala, seakan tidak percaya.

Dua peristiwa yang sangat menghibur itu, mestinya bisa menjadi cambuk, bahwa kita sesungguhnya selalu bisa menggebrak atau membuat kejutan, apapun bentuknya, ketika berhadapan dengan tim-tim dengan kualifikasi Piala Dunia. Meskipun kemenangan tidak bisa dipastikan muncul dari situ. Itu hanyalah modal percayadiri yang besar. Yang selalu dibutuhkan.

Yang sungguh hebat dalam pertandingan ini, justru ihlasnya Presiden Jokowi menunggui pertandingan persahabatan internasional itu sampai usai. Padahal menurut hemat saya, seperti yang saya katakan kepada anak saya, "Presiden sudah boleh pulang, yang penting babak pertama Indonesia bisa main imbang 1-1 karena memang main bagus. Bahkan semestinya bisa menang 2-1, kalau pelanggaran yang dilakukan lawan di kotak finalti membuahksn tendangan finalti". Tapi nyatanya dugaan saya meleset jauh, tidak cuma meresmikan dan melihat beberapa menit jalannya pertandingan, ternyata Presiden Bola Indonesia itu nonton sampai peluit terakhir. Hebat!

Saya jadi terkenang Bung Karno. Dulu di tahun 1962 ketika Asian Games ke empat diselenggarakan di Indonesia, sebagai Asian Games pertama di Indonesia, tentu memiliki beberapa maksud. Misalnya, memopulerkan supremasi kedaulatan Indonesia (NKRI) di Asia dan dunia, upaya aktif membangun persahabatan antar bangsa, menjadi bagian dari negara terdepan di Asia dan dunia, serta menunjukkan kemajuan pembangunan Indonesia di segala bidang.

Maka di era Jokowi saat ini, selain spirit serupa masih menggelora, ia berkepentingan untuk menyukseskan Asian Games keduakalinya di Indonesia, 2018. Yang sungguh merupakan sejarah yang besar. Sejarah airmata. Sebab semangat berapi-api Bung Karno, yang selalu identik dengan semangat kemerdekaan dan kemajuan itu, tidak boleh terus meredup apalagi padam. Dan amanah menyebut, era Jokowilah 'naptu'nya.

Kekalahan ujicoba 1-4 bagi Timnas Asian Games dari Tim Piala Dunia Islandia, sungguhpun sempat mengecewakan, karena kita memang selalu menunggu gebrakan baru, tetapi itu adalah modal besar untuk eksistensi dan prestasi ke depan. Bahkan itu kian menunjukkan supremasi Timnas tidak berada jauh dalam pergaulan dengan tim-Tim Piala Dunia. Meskipun masih jauh secara prestasi. Apalagi Liga Indonesia juga punya pelatih dan pemain asing yang berkelas Piala Dunia dan berkekas Liga Utama di dunia.

Ini suatu wacana dan catatan umum yang mesti diberi garis tebal. Mesti dimengerti. Seperti ketika Islandia menyamakan kedudukan 1-1 lalu melewatinya menjadi 1-2, kita sangat kecewa dan bilang, "Mengesalkan". Tapi sedih dan kesal itu selalu butuh dipahami setelah beberapa waktu meletup dari jiwa kita yang sehat dan normal. Setelah itu kesadaran kita akan berkalimat, "Kita punya kemajuan yang signifikan, semoga terus berlanjut".

Dalam kenyataan-kenyataan, kita jelas bukan pemimpi. Juga bukan sebuah mimpi ketika di stadiun yang sudah lebih hebat, berkelas internasional, presiden dan para penonton melihat kenyataan 'gaul bola' internasional, meskipun lewat laga persahabatan. Ditambah lagi, Timnas tidak tampil buruk.

Hawa percaya diri dan penuh inspirasi dari sportifitas olahraga dan peristiwa kemanusiaan itu tentu diharapkan semua pihak, semoga bisa terus maju dinamis sampai memuncaki Asian Games 2018. 

Kita bisa jadikan gol pertama yang membungkam Islandia di Stadiun Bung Karno dalam laga persahabatan internasional pertama setelah renovasi  itu semacam bola pertama dari Presiden dan para pemain Timnas untuk prestasi bola Indonesia di masa yang akan datang. Sebuah kebetulan yang penuh anugrah besar. 

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com
Cannadrama@gmail.com 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG