PELAJARAN BOLA DARI PERSIB

TITIK BOLA

seumpama titik
bola menggambar garis
dan lengkung
hingga di sepersegi lapangan
segala arah adalah titik pusatnya:
titik awal
titik akhir

Kemayoran,  26032018
#puisipendekindonesia 
------

Hari ini,  22 03 2018 setidaknya Liga 1 Indonesia mendapat pelajaran berharga dari PERSIB MAUNG BANDUNG.  Apa pasal?  Bukan cuma tidak berhasil menang di kandang sendiri,  Stadiun Gelora Bandung Lautan Api (GBLA),  tetapi kemenangan 1-0 yang sudah di pelupuk mata,  sudah 99%, sirna sudah,  gara-gara gol balasan di menit terakhir tambahan waktu.

Sontak penjaga gawang Persib I Mde Wirawan duduk tertunduk lesu di bawah mistar gawang.  Para pemain berduka.  Bahkan Supardi Nasir tak kuasa menahan tangis.

Ini menjadi pemandangan mahal dan dramatis akhirnya. Sebab pertandingan pertama di sebuah kompetisi utama biasanya masih dianggap belum banyak menentukan, belum terlalu berpengaruh, sebab perjalanan masih terlalu panjang. Ibaratnya,  masih satu musim kompetisi. Tetapi mengapa Persib Bandung nampak begitu besar kecewanya? Padahal dengan berakhir 1-1 melawan PS TIRA BANTUL,  setidaknya mereka masih punya poin 1.

Nampaknya,  para pemain PERSIB mencoba mengambil logika kemenangan sejak awal. Yaitu pantang kalah di kandang, apalagi di laga pertama, sebab itu tabungan. Apalagi pengalaman kompetisi juga menunjukkan,  ketika persaingan di pertengahan musim bakal makin ketat,  ketika pengalaman tiap tim terus meningkat,  maka menimang rejeki gol-gol di awal kompetisi adalah jurus yang jitu. Beberapa yang sudah mengalami keberuntungan ini sebut saja,  Persipura Jayapura,  Bali United,  Persebaya Surabaya,  dan Madura United.

Ya.  Kedukaan dan tangis tim Persib dan suporter di puncak peluit terakhir pertandingan ini adalah sikap profesional. Jantan dan sah-sah saja. Yang penting semoga tidak terlalu emosional dan cengeng. Sebab ini adalah pelajaran sepakbola dari Bandung. Kiblat sepakbola Indonesia yang didukung fanatisme luarbiasa dari para suporter,  bobotoh Persib. Dan di depan layar TV orang se-Indonesia tentu jadi saksi.

Memasuki pertengahan babak kedua memang PERSIB Bandung berusaha total bertahan, sehingga beresiko gempuran lawan pun meningkat,  penguasaan bola lawan makin tinggi. Meskipun demikian Persib terus mampu meladeni dengan optimal.  Bahkan sampai memasuki tambahan waktu 5 menit Persib masih kuat bertahan. Otomatis mereka yakin,  kemenangan 1-0 sudah di pelupuk mata. Tetapi nyatanya, usaha Tim Biru ini tidak mulus.  Akhirnya bobol juga di 1 menit terakhir.

Mengapa sedemikian besar PERSIB kecewa? Selain keunggulan yang sudah dijaga hingga menit ke 94, sesunguhnya Persib Bandung banyak memiliki keuntungan pada laga awal kali ini. Misalnya,  main di kandang (GBLA) di depan ribuan penonton fanatik yang terus semangat,  di atas kertas lebih diunggulkan daripada tim lawan, tetap merasa tim papan atas dengan target juara, termotivasi oleh pengalaman musim sebelumnya yang banyak jeblok di kandang sendiri,  merasa punya formasi tim yang lebih siap,  butuh gebrakan dari pelatih baru,  dll.  Tapi semua itu belum memberikan bukti poin penuh.

Tentu.  Jika prinsipnya dibalik,  justru Persib sedang diuntungkan dengan kegagalan kali ini.  Karena mereka bisa memetik enerji positif pernah gagal menang yang berbau keberuntungan bagi lawan di kandang, meskipun masih imbang 1-1, dengan meraih poin 1.

Ini jelas 100% pelajaran berharga bagi Persib Bandung dan bobotoh,  bahkan bagi tim-tim lain. Tidak mustahil akan disebut,  pelajaran pertama dan utama dari Bandung.  Dan bagi yang pandai menelaahnya pantas disebut,  SUPER 33x.

Bagi kehidupan para manusia,  ini jelas mahal nilainya,  padahal murah mengambil hikmahnya.  Hanya bermodal,  sudi menerima.  Misalnya,  alangkah rugi manusia yang telah mampu bertahan jadi orang baik seumur-umur,  istikomah,  tetapi akhirnya jatuh oleh satu persoalan yang dianggap remeh.

Begitupun dalam Pilkada.  Alangkah rugi sebuah nama besar,  nama baik.  Yang semestinya ada dalam wilayah kepercayaan tertinggi dari masyarakat,  akhirnya jatuh, gagal maju jadi calon kepala daerah karena tersandung kasus yang selama ini dianggap remeh,  yang pada akhirnya sangat merugikannya. Terkuak bak bom waktu yang meledak pada menit-menit terakhir jelang Pemilu.

Untung kegagalan Persib baru di akhir satu pertandingan belaka,  sehingga segalanya tentu belum berakhir. Bukan kegagalan. Belum sampai gatot,  gagal total.

Peristiwa gol penyeimbang,  bahkan gol penentuan kemenangan di injury time sebenarnya bukan hal baru di dunia sepakbola. Tetapi selain kali ini terjadi di menit terakhir,  peristiwanya menimpa Persib,  tim bintang.  Otomatis jadi berita seru.

Gilang Teguh Pambudi 
Cannadrama.blogspot.com 
Cannadrama@gmail.com 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG