SAUT, INDONESIA, DAN PKI

PUISI SEBENING KOPI

apakah beningnya kopi hanya ada dalam puisi?

Kemayoran, 15072017

------

Herman Syahara,  menulis di akun facebooknya,  "Jagat sastra goncang lagi. Saut dituduh PKI...". 

Tulisannya itu disertai postingan dari AKURAT. CO sbb. :
"Rabu, 21 Maret 2018 16:54 WIB
Dituduh PKI, 
Penyair Saut Situmorang Dilarang 
Beri Kuliah Umum di Kampus 
Universitas Negeri Jember

Penulis  Herman Syahara

AKURAT.CO. Dunia sastra kembali heboh.Penyair Saut Situmorang dilarang tampil dalam Kuliah Umum di Kampus Universitas Negeri  Jember (Unjem), Jember, Jawa Timur,  karena dituduh PKI.

“Sesuai jadwal, habis diskusi publik bertema  Sastra dan Politik  kemarin, Saut Situmorang  akan memberikan kuliah umum bertema sama di Fakultas Ilmu Budaya Universitas  Jember. Namun, acara ini secara sepihak dibatalkan  oleh Wakil  Dekan III karena menuduh Saut adalah PKI,” tutur Barlean Aji, penyair Jember yang juga Pembina Unit Kegiatan Mahasiswa Kesenian FISIP  Universitas Negeri Jember, kepada AKURAT.CO, yang mengkonfirmasi kebenaran pelarangan itu, Rabu, (21/3) pagi.

Kehadiran Saut resmi diundang oleh Komunitas Tanah Liat, sebuah komunitas pegiat teater di Jember. Selain Saut, tampil juga pembicara peneremah dan penyair  Dwi Pranoto. Diskusi berlangsung  jam 09:00-12:00 WIB dengan fasilitas tempat yang disediakan pihak Unjem, pada Selasa, (20/3).

Kehadiran Saut ini kemudian diusulkan  untuk diundang bicara dalam Kuliah Umum di FIB  dengan tema yang sama .

“Ternyata, sehabis acara diskusi publik, Pembantu Dekan III secara lisan melarang acara kuliah umum itu dilanjutkan hanya karena pernah melihat foto Saut tampil mengenakan kaos berlambang PKI  sewaktu di Afrika dulu,” urai Barlean Aji.

Acara diskusinya sendiri berjalan lancar karena,  menurut Aji,  dirinya berusaha  agar acara itu terlaksana walaupun dijaga ketat oleh empat orang  satpam kampus. Aji sangat menyesalkan pelarangan sepihak oleh Pembantu Dekan III Sunarlan, SS.,MSI itu karena kampus Unjem selama ini  menjaga kebebasan akademik. Semua buku yang dianggap terlarang pernah dibahas dalam perkuliahan.

Pelarangan kegiatan acara  ini bagi Barlean Aji terjadi untuk kedua kalinya, setelah pada 2017 pihak dekan juga melarang acara diskusi dan peluncuran buku Antologi Puisi Menolak Korupsi yang sudah mendapat dukungan rektor.

Pelarangan terhadap Saut menjadi perbincangan hangat di kalangan aktivis,  seniman,  dan penyair.  Berbagai ungkapan yang menyesalkan tindakan itu pun memanas di media sosial.

Penyair Saut Situmorang yang  dimintai pendapatnya atas pelarangan itu belum bisa memberikan keterangan  karena dalam perjalanan pulang ke Jogyakarta.

“Lebih baik kontak Alif Raung Firdaus yang mengundang aku aja. Aku lagi di kereta menuju Jogja nih,” jawabnya melalui  messenger.

Namun dalam akun Facebook-nya, dia mengungkapkan kekecewaannya.

“Sungguh sangat historis akademis. Betapa seorang Dosen Sejarah Universitas Negeri Jember Jawa Timur menuduhku PKI. Padahal PKI sudah dimusnahkan pada 1965 dan aku lahir pertengahan 1966,” katanya.

Saut Sitomorang adalah penyair kelahiran Tebing Tinggi, Sumut,  29 Juni 1966 yang kini menetap di Yogyakarta sebagai penulis.  Karyanya antara lain  buku kumpulan esai Politik Sastra (2009), Perahu Mabuk (2014), Khotbah Hari Minggu (2015), serta acapkali diundang tampil dalam berbagai acara diskusi dan pembacaan puisi.[]"
----

Demi membaca tulisan itu,  spontan saya komentar singkat asal nyambung ala media sosial facebook.  Begini:
"Waduh. Lha kok? Kalo saya dituding PKI dan komunis karena kemarin dukung Ahok. Sampai saya curiga,  sekolah (dinas)  dan komunitas tertentu bisa batal ngundang saya untuk jadi pembicara,  pelatih,  atau juri seni".

Setelah ada beberapa komentar lain saya berkomentar lagi.  Kali ini sedikit lebih panjang.  Begini:
"PKI sudah bubar. Tidak ada partai bernama PKI. Bagaimana daftar ke KPU,  munculnya saja susah?

Ideologi komunis milik asing. Bukan yang dicari oleh Indonesia.  Sudah banyak yang  melek. Gak ada yang mau ngimpor komunis. Kalau ideologinya masih ada (di Indonesia),  harus jelas ada di mana? Kasih tahu semua.

Kalau preman politik banyak. Mereka ini kadang-kadang dituduh berideologi komunis karena premannya.  Tapi orang yang bukan preman politik, sering dituduh PKI dan komunis juga.  Walah!

Di kalangan tertentu, kalau sudah ngomongin komunis biasanya suka langsung ngomongin Islam. Maklum di era Orla dan Orba partai-partai Islam dan tokoh-tokoh Islam anti komunis. (Bahkan partai nasionalis, yang mayoritas anggotanya Muslim, anti PKI). Padahal Islam di Indonesia tidak diimpor dari dunia asing. Dia bagian dari perjalanan atau proses spiritual, pencarian dan upaya menemui tuhan (Yang Maha Esa), Allah Swt. (Gak ada Islam impor!).

Bahwa pasca kemerdekaan ada pihak-pihak yang berfikir, Indonesia mesti begini dan begitu, dalam kerangka keutuhan NKRI dan mulia karena ideologi Pancasila, no problem. Dan pada saat itu muncul juga tokoh komunis dengan gagasan-gagasannya. Tetapi ketika di kemudian hari malah terjadi salah langkah, bahkan ajaran impornya tidak laku mau gimana lagi?"
------

Begitulah. Selain karena untuk merespon dan berkomentar di facebook, tulisan saya itu jelas pendek karena sudah sangat sering saya nulis tentang PKI dan komunisme dengan isi kalimat yang sama.

Terlepas dari pro-kontranya,  presiden Soekarno memang pernah memberi gelar pahlawan kepada tokoh komunis di Indonesia, Alimin dan Tan Malaka. Pemberian gelar itu karena kontribusi keduanya sejak pra-kemerdekan RI hingga pasca-kemerdekaan untuk kemajuan Indonesia. Saya melihat dalam bahasa sederhana, mereka dianggap punya sumbangan pemikiran untuk kemerdekaan Indonesia, representasi tokoh komunis, bukan karena PKI-nya. Itu sebabnya, di era Orba,  presiden Soeharto lebih memilih mendiamkan peristiwa penganugrahan itu. Juga tidak menyebut-nyebutnya di halaman buku paket pelajaran sekolah. Dia lebih fokus pada fakta peristiwa G30S PKI, pembubaran PKI, dan menghilangkan pengaruh komunisme di Indonesia. Bahkan di era reformasi, tidak ada gerakan reformasi untuk membangkitkan kembali PKI atau tiba-tiba mengimpor komunisme dari luar sana. Tidak ada.

Dalam pemberitaan yang marak seputar Saut Situmorang kali ini,  kalaupun mau dipertanyakan adalah, mengapa Saut pernah pakai kaos bergambar palu arit? Itu saja. Kalau soal tuduhan Saut PKI, itu butuh pembuktian. Apalagi setelah penyair ini terang-terangan mengaku bukan PKI.

Gilang Teguh Pambudi 
Cannadrama.blogspot.com 
Cannadrama@gmail.com 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG