DICARI PEMBUAT PESAN GRATISAN?

BISABASAH

kalau Jakarta hujan
Indonesia pun hujan
dan jaketmu bisa basah
saat menunggu 
pemberangkatan terakhir

Kemayoran,  23 04 2018 
#puisipendekindonesia 
------

Saya kadang sampai gak bisa jawab,  karena dia terlalu hebat menolak jawaban,  ketika ada tudingan menulis di tengah ruang publik melalui internet, media yang sangat dekat dengan masyarakat hari ini, termasuk memanfaatkan media sosial adalah pesan gratisan.  Frase 'pesan gratisan' ini selalu disikapi menuju ke arah terlalu jual murah dan bodoh, sungguhpun bermanfat. Padahal tidak sedikit mereka yang menulis itu bersikap iklas,  jujur,  dan mencerahkan karena akan segera dibayar mahal oleh perubahan situasi dan kondisi yang lebih baik pada waktunya jika Allah meridoi.

Lalu saya teringat Rendra.  Dia teriak-teriak baca puisi dan berorasi sana-sini juga gratisan,  selain sebagian kecil yang dimuat koran, tapi tidak bisa dibilang ceroboh dan bodoh.  Sebab dia juga melihat ada persoalan fundamental di negri ini yang perlu disaksikan,  dikabarkan, dan disadari. Dan itu bersifat sangat mendesak.

Alih-alih menyebut pejuang kepada para penulis yang ihlas mencerahkan,  bagaimanapun bentuk tulisannya asal tidak melanggar hukum,  malah menertawakan sambil mengambil manfaat kebenarannya. Padahal yang kita risaukan di internet itu hari ini masih soal hoak yang bikin masalah,  sampai mengadu domba. Selain serangan pornografi dan propaganda seks bebas yang melahirkan kecelakaan sosial yang parah. Serta berbagai tindak kriminal dengan memanfaatkan jaringan internet.

Saya tidak membayangkan kalau juru dakwah dari sejak jaman Wali Songo hanya menunggu ada anggaran untuk berdakwah. Saya gagal paham kalau penyampai pesan moralitas di berbagai komunitas itu disindiri sebagai penyampai pesan gratisan. Cuma untuk disamber oleh orang-orang tertentu yang berkepentingan,  yang biasa ngintip-ngintip, yang menggunakan isi pesan itu untuk menjadikan dirinya sesuatu dan mendapatkan sesuatu.

Padahal biarkan saja kebebasan berpendapat dan menulis itu berproses,  bergerak secara natural,  sesuai prosedur Tuhan dan prosedur hukum di suatu negara. Kalau kesaksian,  pandangan, atau analisa mereka benar, itu berarti mereka pahlawan. Meskipun menjadi semacam pahlawan tak dikenal, meskipun masih hidup.

Tapi benar,  konsistensi,  fokus dan khas seseorang dalam menyampaikan gagasan atau pendapat tertentu,  termasuk melalui internet dan media sosial,  memang bisa mendongkrak popularitas seseorang.  Meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada dirinya.  Meskipun pada suatu waktu tertentu,  seperti pengalaman di banyak negara dan rezim,  rezim yang sedang berkuasa bisa saja rezim yang buta tuli. Sehingga tidak hirau.  Atau rezimnya hirau pada isi pesannya,  tetapi tidak peduli pada pihak-pihak yang menonjol,  khas,  dan disimak masyarakat itu.

Tulisan singkat ini menjadi pembelaan terhadap tulisan-tulisan di internet,  terutama melalui media sosial,  yang lurus-lurus saja,  tidak bermasalah,  tidak merusak,  tetapi malah dicibiri sebagai 'tulisan gratisan'. Seakan-akan jauh lebih masuk akal suara-suara bayaran yang sukses,  meskipun salah arah dan pasti merusak dalam waktu yang panjang.  Meskipun secara pragmatis dalam waktu dekat seperti penyelamat.

Saya jadi kasihan pada aktor dan penyelenggara teater pinggir jalan yang marak di masa perjuangan reformasi dulu. Termasuk yang iuran dana untuk bisa manggung di gedung-gedung kesenian, karena dituntut oleh tema-tema penting dari suatu gerakan sosial. Sebab mereka inipun akan dihina sebagai pelaku seni yamg tidak profesional. Cuma teriak-teriak dan manggung gratisan.  Membiarkan suaranya terbang liar untuk ditangkap oleh orang-orang tertentu yang berkepentingan, yang bakal diuntungkan. Padahal mereka telah berjuang pada waktu dan momen yang mendesak. Ikhlas.  Berkesaksian,  berkesadaran,  dan mencerahkan.

Lebih ke belakang lagi,  ke masa perang.  Kita jadi berfikir,  bagaimana kalau untuk mengangkat bambu runcing melawan penjajah para pejuang rakyat harus memastikan bayarannya dulu? Bagaimana kalau pada saat itu ada isu viral soal 'bambu runcing gratisan?' Padahal di belakang hari bayarannya telah terbukti mahal,  kemerdekaan Indonesia.

Kok bisa begitu ya?

Gilang Teguh Pambudi 
Cannadrama.blogspot.com 
Cannadrama@gmail.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG