POLITIK LEBARAN

INIKUNCI

jangan tumpul kalimatmu
kalau menghabisi

Kemayoran,  23 04 2018
#puisipendekindonesia
------

Lebaran adalah istilah yang sangat umum di Indonesia, yang biasa diartikan sebagai hari besar agama Islam seusai puasa sebulan penuh di bulan suci Ramadan. Sementara dari asal katanya, masyarakat awam biasa menerjemahkan istilah lebaran dengan 'sudahan'. Artinya, telah selesai berpuasa sebulan penuh dengan melakukan latihan serius di sebuah Pesantren Kehidupan Ramadan. Maka disambutlah dengan syukur dan bahagia menjemput fajar kemenangan dan berhalal bihalal mulai tanggal 1 Syawal.

Halal bihalal sendiri sudah dipahami oleh masyarakat tradisionsl kita sebagai ritual saling bersilaturahmi, bersalaman, dan bermaaf-maafan. Suasana yang telah terbangun berabad-abad sehingga turut mencitrakan dan membangun karakter bangsa Indonesia.

Tapi tahukah kita bahwa secara khusus atau secara intelektual dan kontemplatif, makna lebaran yang seperti searti dengan kata sudahan itu, sesungguhnya adalah, telah selesainya kita menjadi muslim yang kafah. Telah belajar banyak tentang ini itu. Tahu prinsip-prinsip. Memahami dasar-dasar, hikmah kehidupan manusia, berhasil menahan-nahan segala yang haram bahkan yang halal. Lalu kita lulus sempurna sebagai santri yang hatam. Lalu berhak diwisuda di Universitas Agung Ramadan. Begitulah hakekat selesai, lebaran, atau sudahan itu. Sehingga besok-besoknya akan menunjukkan prilaku manusia-manusia fitri yang lulus.

Maka semestinya, dengan sekali menjalani puasa Ramadan yang dimaksudkan untuk keselamatan seumur hidup, sudah cukuplah untuk mengantarkan kita menjadi muslim yang kafah dan menuai segala pahala. Menjadilah kita hamba-hamba Allah yang dijanjikan gerbang surga. Tetapi sayangnya, kondisi spiritualitas kita sering terganggu oleh rutinitas hidup. Oleh tantangan hidup. Dengan kondisi keimanan yang naik-turun. Ditambah lagi adanya dosa-dosa yang sengaja atau tidak, kecil atau besar yang telah kita lakukan. Maka wajarlah kita ber-Ramadan setiap tahun yang hakekatnya sepanjang tahun. Ditambah lagi di masa kanak-kanak dan remaja kita pun mesti memasuki masa-masa latihan berpuasa. Sehingga di situ belum ada jaminan puasa kita telah sempurna. Butuh pembinaan pelaksanaan puasa terus menerus.

Tetapi di kalangan yang telah dewasa secara intelektual, secara spiritual, bukan dewasa secara umur badan, mereka bisa menggapai predikat hamba Allah pelaku puasa yang sempurna sebagai bukti kemusliman yang kafah. Mereka benar-benar telah LEBARAN. Memasuki 1 Syawal mereka adalah insan pilihan yang selamat dan menyelamatkan. Boleh menikmati dan makan apa saja asalkan bukan yang haram. Tetapi itupun mesti ditahan-tahan demi pengaturan hidup yang lebih baik. Sementara yang lebih mendalam dari itu, lahirlah kesaksian dan kesadaran untuk meninggalkan segala tindak haram, tindak jahat dan maksiat.

Pada kelas ini, sungguhpun cuma wong cilik biasa di tengah masyarakat, mereka tetap berkelas ulama, punya pemahaman khusus soal tradisi halal bihalal. Yaitu suasana terbuka, humanis-universal, untuk saling menghalalkan segala yang halal saja. Tidak boleh berbohong sama-sekali. Pun sebaliknya, wajib mengharamkan segala yang haram saja. Maka telah amanlah seluruh kehidupan orang baik-baik yang ihlas. Tidak seperti di jaman jahiliah ketika kondisinya terbalik, orang baik-baik malah disalahkan dan disiksa.

Di era jaman now, ketika umur kita sebagai bangsa Indonesia semakin bertambah, sudahkah kita menamatkan Ramadan? Lulus dan diwisuda? Tersaksikan malaikat dan dibenarkan Allah SWT? Sehingga menjadi pihak yang paling siap untuk menjadi suri tauladan dan berdakwah, setidaknya kepada diri sendiri. Lalu berpengaruh kepada keluarga, komunitas, masyarakat banyak dan bangsa Indonesia. Bahkan mengispirasi dunia.

Marilah berlebaran. Ya! SELAMAT LEBARAN.

Sehingga jadilah tutur kata kita tutur kata yang sudah. Sudah baik dan sempurna.

Busana kita menjadi busana yang sudah. Sudah terukur kebaikannya. Bukan kemaksiatan bagi hidup.

Tarian dan gambar kita adalah tarian dan gambar pesan kebaikan dan penyemangat hidup. Tarian dan gambar yang sudah. Sudah terampuni karena segenap maksud baiknya.

Pekerjaan dan rejeki kita adalah hidangan yang sudah. Sudah berada di garis aman dan mulia.

Haus dan lapar kita menjadi haus dan lapar yang sudah. Sudah dirahmati Allah SWT dengan rejeki yang halal. Sehingga dengan halalnya pula mampu menafkahi tubuh kita yang lain, di mana-mana, yang berhak atas fitrahnya.

Pun politik sosial-kemanusiaan kita adalah politik yang sudah. Sudah bergerak bersama malaikat kebaikan di jalan lurus untuk keselamatan dan kesejahteraan manusia.

Gerak hidup kita adalah sikap yang serba sudah. Termasuk sudah cinta manusia, cinta lingkungan, cinta alam semesta, sebagai wujud cinta Allah Swt.

Ya. Kita sudah, sudah dan sudah. Lebaran. Aman sentausa.

Atau kita belum sudah?

Lebaran adalah sebuah semangat besar. Potensi besar. Sehingga sebuah bangsa, sebuah negara yang berpuasa, akan pula berlebaran. Hidup dalam halal. Tidak ada maksiat jahat. Tidak meracuni generasi dengan miras dan narkoba. Tidak ada korupsi yang mengingkari kemanusiaan. Dll.

Sebab hakekat LEBARAN tidak lepas dari kunciannya, yaitu bulan Ramadan, maka diakhir tulisan ini saya akan sertakan tulisan status saya di media sosial facebook, H-3 Idul Fitri 1439-H, sbb:

HIKMAH TERINDAH RAMADAN 

Siapa bilang segera berakhir Ramadan? Tak akan. Tak akan pernah. Air mata akan menegakkannya. Mengalirlah air kehidupan dari Mata Air Ramadan ke seluruh hari-hari. Karena tak bisa disudahi denyut jantung selama nyawa dikandung. Cahaya, ya, cahaya yang menggetarkan selalu. Sebab hidup melulu Ramadan. Seperti untaian permata pada kalung paling sempurna. Perhiasan paling inti. Tiap permata seumpama satu tahun dengan wangi Ramadannya. Kilau-kilau yang hangat dan teduh. Maka satu kalung adalah tahun-tahun yang tersusun. Tak pernah lepas dan tercerai-berai dalam kuaasaNya. Dan sebuah Tahun Ramadan adalah aku. Adalah kamu. Dan kita adalah satu rangkaian yang indah karenaNya. Kita dalam lingkaran besar. Sangat besar. Dengan tangan yang tak mau saling lepas. Pria wanita. Tua muda. Yang sehat dan yang dalam cobaan sakit. Kita bernaung ke dalam namaNya. Allah Yang Agung. Pagi menyambut naik cahaya, sore meminang cahaya. Awal malamnya kebangkitan, akhir malamnya kemenangan. Subhanallah. Maafkan. Maaf lahir batin.

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com
Cannadrama@gmail.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG