BURUNG SABTU-MINGGU INDONESIA MERDEKA

TEMAN PALING TEMAN.

siapa paling teman
di antara 
kita dan burung-burung?

Kemayoran, 29 07 2018
#puisipendekindonesia
------

Alhamdulillah. Tiap Sabtu-Minggu saya bisa merasakan nikmatnya memelihara dan menikmati kicauan burung sambil melihat dari dekat gerak tubuh dan lompatan-lompatannya di dalam sangkar yang seru dan mengagumkan. Subhanallah. Lalu saya terinspirasi untuk bikin suatu catatan.

Ini catatan yang menarik, bahkan bisa dibilang penting. Tentang hobi memelihara burung kicau buat karyawan, pegawai negri, para pengusaha dll yang memiliki rutinitas kerja atau ngantor dari hari Senin sampai Jumat. Sehingga cuma punya waktu berlama-lama menikmati proses pemeliharaan burungnya di hari Sabtu-Minggu.

Untuk lebih mudahnya saya buat dalam 9 jurus jitu. Mulai dari pemilihan jenis burung, proses pemeliharaan dan menikmati kicauannya, sampai faktor sosial ekonominya.

Kesembilan jurus jitu itu adalah:

1. PILIH BURUNG YANG MASIH BANYAK DI ALAMNYA

Tidak sedikit orang yang justru lebih tertarik kepada pemeliharaan jenis burung langka, sebab itu kebanggaan, meskipun mahal harganya. Bagi orang tertentu bahkan bisa menaikkan gengsi sosial sebab merasa jarang yang punya. Apalagi kalau jenis burungnya dari pulau yang jauh atau dari luar negri, pasti jarang dilihat orang di dalam negri. Bahkan dengan disebut daerah asal atau negara asalnya, orang-orang pasti berdecak kagum.

Tapi saya malah memberi saran untuk meninggalkan kebiasaan ini. Di satu sisi burung langka biarlah bertahan di habitatnya. Jangan dipancing untuk tambah punah. Karena dengan semakin ramainya perdagangan burung langka tertentu, perburuan anak burung di alam liar dan penjebakannya menggunakan pulut (lem), jaring, sangkar, dll akan semakin marak.

Kedua, kalaupun mau memilih burung kicau jenis langka dengan cara memiliki sertifikat pemeliharaan resmi, harus dari jenis burung yang dapat ditangkarkan dengan lancar. Sehingga sudah diperhitungkan oleh berbagai pihak terutama pemerintah, tidak bakal mengganggu populasi di alamnya. Sementara yang sudah beredar dari proses penangkaran dapat terpantau populasinya. Bahkan proses penangkaran ini selain bisa menyuplai 'pasar burung terpantau', terutama juga bisa menambah populasi burung jenis ini di alam bebas jika suatu saat ada yang dilepas oleh pihak tertentu dengan suatu prosedur pelepasan yang benar.

Tetapi, meskipun ada solusinya, buat banyak pihak yang ingin nyaman memelihara burung kicau, sambil menunjukkan sikap cinta alam, maka sebaiknya hanya memilih jenis burung kicau yang masih banyak di alamnya. Jangan jenis burung langka.

Kita masih punya satu alasan kuat mengapa mesti memilihara burung yang tidak langka? Karena burung-burung itu meskipun masih sangat banyak di alamnya toh mereka tidak bisa dinikmati dari jarak dekat sebagai hiburan sehari-hari. Kecuali kalau kita tinggal di tepi gunung atau melakukan Wisata Alam.

Ini termasuk warisan leluhur. Kearifan lokal dan kecerdasan lokal. Betapa tidak? Di masa-masa jadul (jaman dulu), ketika di kerajaan-kerajaan Nusantara belum kenal musik dan lagu dalam bentuk rekaman di piringan hitam, pita kaset, LD, CD, mp3, dll. mereka hanya dapat menikmati musik dan lagu dengan dua cara. Yaitu melalui pertunjukan langsung di lapangan, terlebih-lebih yang ada kaitannya dengan upacara adat. Yang hanya terjadi sewaktu-waktu. Sangat jarang. Kedua, hanya bagi mereka yang kaya atau golongan terpandang yang bisa membeli dan menyimpan alat musik tradisional tertentu di rumahnya lalu mempekerjakan seseorang pemusik untuk memainkannya setiap hari pada waktu-waktu yang diinginikan majikan. Tentu dengan gaji bulanan. Sebagai satu contoh dapat dilhat dalam visualisasi sinetron Losmen di TVRI tahun 90-an. Meskipun itu untuk penginapan, bukan rumah pribadi.

Nah, di luar kisah mahal itu masyarakat masih bisa menikmati suara alam yang sangat menghibur seperti musik. Bahkan bersifat khas dan lebih murah daripada musik ketika itu. Yaitu dengan memelihara burung kicau di dalam sangkar. Begitulah. Dengan alasan, meskipun di alam terbuka burung-urung itu masih mudah ditemui dan didengar suaranya, tetapi tidak bisa dinikmati dari jarak dekat secara intensif.

Dari satu sudut pandang, memelihara burung yang populasinya masih sangat banyak di alam terbuka adalah keramahan terhadap alam. Sangat tepat! Tapi sayangnya, pada jaman 'baheula' belum terfikirkan soal memelihara dan memperjualbelikan burung secara penangkaran, masih bersifat mengambil anak-anak burung dari alamnya. Dari pohon-pohon. Atau menjaringnya.

2. PILIH JENIS BURUNG YANG MUDAH PENANGKARANNYA

Pada poin 1 kita sudah bisa merasakan kesedihan kita kalau kita punya kebiasaan memelihara burung dengan cara mengancam kelestarian lingkungan, yaitu dengan cara membeli burung yang telur dan anak-anak burung kicaunya diambil dari pohon-pohon atau dengan cara menjaring burung liar.

Memang, sepintas perbuatan itu sama dengan perburuan binatang liar dengan cara ditombak, dipanah, dijebak dan ditembak. Bedanya kalau dalam teori perburuan yang dibutuhkan adalah dagingnya, sedangkan dalam perburuan burung kicau yang dibutuhkan adalah kicauannya. Tetapi pada keduanya sama-sama berpeluang besar untuk memusnahkan populasi binatang tertentu.

Untuk itu, dari jaman dulu kebijakan raja atau pemimpin adat  mulai berfikir untuk memelihara kerbau, sapi, kambing, ayam, kelinci, burung dara dll. Termasuk memelihara babi dan anjing. Untuk memenuhi kebutuhan daging, terutama untuk kebutuhan upacara-upacara adat. Ini jelas bisa meninggalkan kebiasaan berburu liar. Tetapi faktanya kesadaran itu banyak yang terlambat, karena tetap dibarengi perburuan hewan liar sampai hampir punah.

Pada prinsipnya sama. Nafsu serakah manusia juga telah memunahkan populasi burung-burung kicau tertentu. Bahkan ketika usaha penangkaran sudah dimulai. Bahkan nafsu serakah itu tetap saja terjadi terhadap jenis burung-burung kicau tertentu yang jelas-jelas sangat sulit ditangkarkan. Sungguh tega!

Untuk itu, kepada kita yang berfikiran arif dan bijaksana, sebaiknya hanya memilih burung-burung kicau yang di alam aslinya masih banyak, serta yang nyata-nyata terbukti masih banyak yang mampu menangkarkannya. Jangan bersikap sebaliknya.

Kalaupun memilih memelihara burung langka, pastikan yang penangkarannya untuk burung peliharaan jenis itu aman. Perhatikan pula sertifikasinya supaya kita tidak melawan hukum perlindungan satwa liar.

3. PILIH JENIS BURUNG YANG PALING KITA SUKAI SUARANYA

Mubazir menggantung sebanyak mungkin burung kicau di rumah kita, seperti kebun binatang saja. Apalagi akan menguras enerji pemeliharaan. Tentu bisa mengakibatkan banyak yang terlantar. Tersiksa. Kasihan.

Apalagi tujuan tulisan ini untuk mengingatkan kepada kita yang masuk kelompok pemelihara burung Sabtu-Minggu. Para karyawan, pegawai negri, pedagang, pengusaha dll. Tentu sangat sedikit waktu kita untuk memelihara dan memantau burung-burung itu.

Untuk itu yang ideal pilihlah beberapa burung yang kita sukai banget suaranya. Bisa karena kita punya kenangan masa lalu sehingga suara burung itu bernilai nostalgia, atau kita punya banyak informasi tentang suara burung tertentu dari berbagai pihak dan telah mendengarkannya sampai benar-benar tertarik.

Ingat, burung kicau bagi para pemelihara burung di rumah-rumah adalah teman hidup. Sebenar-benarnya teman hidup. Kita mendapatkan kicau, kelir dan penampilannya, sementara mereka dapat pakan dan asuhan yang optimal dari kita. Itu bukan jenis investasi yang menjanjikan meskipun ada yang berharap dan berkhayal, jika suatu burung dipelihara intensif sampai keluar kicauannya yang gacor bisa mendatangkan nilai tambah (keuntungan) yang tinggi. Kecuali kalau berniat menangkarkannya. Padahal banyak burung yang sudah mati di rumah-rumah dalam proses pemeliharaan kita sebelum dibeli oleh orang lain. Selain itu menggantung 4-5 sangkar bukanlah proses yang produktif untuk penjualan.

Di depan burung yang mati di sangkar saya selalu bilang, "Trimakasih telah menemani hidup saya. Suara dan hadirmu yang singkat sungguh sangat menghibur. Sungguh suatu pertemanan yang hebat. Selamat jalan sahabat".

4. PILIH JENIS BURUNG YANG PALING DUSUKAI KELIR DAN TUBUHNYA

Poin ini menambahi nomor 3. Selain memilih jenis burung karena suaranya kita juga bisa memilih jenis burung karena sejak kecil sudah tertarik pada kelir dan tubuhnya. Atau setelah kita berlama-lama memantau penampilan suatu burung.

Tentu kita tetap akan selalu memadukan cinta kita pada kelir dan bentuk tubuhnya itu dengan kecintaan pada kicauannya, tetapi dalam hal ini saya perlu membenarkan jika seseorsng lebih mengutamakan jenis burung tertentu karena penampilannya. Sebab apa? Siapa tahu, si pembeli bermaksud menghiasi beranda rumahnya dengan penampikan burung tertentu. Jadi tidak harus tertarik pada cerita orang lain soal kicauan burung ini dan kicauan burung itu.

Sekedar perbandingan. Kita tentu teringat pada cara berfikir seseorang, mengapa dia suka melepaskan angsa-angsa besar di taman rumahnya? Pasti karena angsa-angsa itu akan nampak memperindah taman rumahnya. Bukan sebaliknya. Begitupun yang nyimpan ayam pelung depan rumah. Selain karena suaranya, penampilannya sangat gagah. Bikin berdecak para tamu.

Dengan cara memilih ini semoga kita puas bisa melototin hadirnya burung kita itu terutama setiap Sabtu-Minggu, di hari libur kita.

5. PILIH JENIS BURUNG YANG COCOK DENGAN PERAWATAN MINGGUAN

Singkat saja. Karena ada berjenis-jenis burung yang butuh perawatan optimal harian, maka bagi para pekerja, para sibuk yang cuma punya waktu leluasa Sabtu-Minggu, maka sebaiknya hanya memilih jenis burung kicau yang nyaman dengan sentuhan pemeliharaan rutin Sabtu-Minggu. Meskipun tetap harus memberi makan-minum setiap pagi sebelum berangkat kerja.

Bagi yang punya pembantu rumah tangga, sesungguhnya untuk burung-burung yang sensitif bisa diasuh oleh mereka secara intensif sertiap hari. Tetapi kita bisa kecewa karena bukan kita yang menyentuh langsung burung-burung itu.

6. PILIH JENIS BURUNG YANG MURAH HARGA PAKANNYA DAN MUDAH PEMBERIAN MAKANNYA

Jangan takut disebut memelihara burung murah, sebab itu ada hubungannya dengan kepuasan pribadi. Sebab selera seseorang tidak bisa didikte oleh pedagang burung atau orang lain.

Apa ada kaitannya memelihara jenis burung kicau yang mahal dengan imej tertentu? Tentu ada. Misalnya sikap pragmatis masyarakat yang menyebut, yang punya burung mahal pasti banyak duitnya. Orang terpandang. Padahal belum tentu. 

Tapi ada yang benar dalam falsafah Jawa. Ini tentang pemelihara burung perkutut. Burung ini bisa dibilang burung sedang. Tidak terlalu mahal harganya, bahkan termasuk sangat murah menurut pihak tertentu. Meskipun masih ada juga yang menyebutnya, mahal. Ini melahirkan pesan khusus di balik itu soal proporsionalitas sudut pandang. Misalnya, soal pakem hidup mulia itu wajib murah, sebab kalau mahal orang pasti milih jadi preman. Tetapi hargadiri itu harus mahal, sebab akan dijunjung-junjung banyak orang. Nah falsafah burung perkutut sudah sampai ke titik itu. Maka perkutut, bisa disebut burung mahal, sekaligus bisa disebut sangat murah.

Dan lagi. Ini 'jampe pamake' alias doa si pemelihara. Para pemelihara perkutut yang sakti, yang berilmu tinggi, pasti selalu ingin sampai ke titik kehadiran diri dalam pernyataan, "Burung saja aku rawat baik-baik, apalagi anak istri, keluarga dan masyarakatku". Sehingga kalau ada yang memelihara perkutut tetapi kehidupannya berantakan, dia tidak paham falsafah Jawa.

Selain itu, burung perkutut punya penampilan berwibawa dan bersahaja. Ini identik dengan jiwa kepemimpinan dan suritauladan. Selalu kelimis, menjaga penampilan. Ini identik dengan tatakrama. Sopan santun. Burung ini pun makan minumnya sedikit, sehingga tidak harus diisi setiap hari. Ibarat menabung, makanan di kandangnya meskipun tidak penuh selalu dibiarkannya sampai berhari-hari.  

Satu lagi, ini seperti guyon yang serius dan penting. Konon pemelihara burung sejati, dia paling tahu burung-burung yang paling tangguh dan paling suci. Burung-burung sorga. Yang ekornya bisa bergoyang seperti dalam lagu Cucak Rowo.

Sekali lagi saya mau bilang, jangan merasa bersalah menyukai burung yang harganya murah tetapi sangat menyenangkan dan memuaskan. Daripada saking bernafsunya pada burung-burung mahal, sampai burung-burung langka pun terpaksa dibeli.

Selain murah, burung yang memudahkan dalam proses pemeliharaan adalah yang tidak ribet ngasih makannya. Termasuk yang sangat murah harga pakannya. Soal ini falsafah yang menarik adalah falsafah China. Ahok mantan gubernur DKI Jakarta itu juga pernah mengucapkannya. Begini kuranglebihnya, "Dalam budaya China, istri yang ideal itu yang telapak kakinya kecil". Tentu kita bisa memetik hikmahnya. Yaitu wanita yang biaya perjalanan hariannya tidak mahal, tidak membunuh suaminya. Sebab seorang suami punya tanggungjawab besar kepada kelangsungan keluarga dan anak turunannya. Kalau dikaitkan dengan pemeliharaan burung, yang mudah itu kalau kita memelihara burung yang serba mudah mengurusnya.

7. NIATKAN BAHWA KITA MENDUKUNG USAHA PARA PENJUAL PAKAN, SANGKAR DAN AKSESORIS SANGKAR BURUNG

Hidup bukan omong kosong. Hidup manusia tidak bisa egois sendiri-sendiri. Hidup harus sebesar-besarnya mendatangkan manfaat bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat 

Termasuk satu jurus utama dalam pemeliharaan burung kicau. Yaitu selain ingin ditemani burung-burung dan menikmati kicauannya, kita juga berniat turut mendukung lahirnya para pengusaha dan penjual pakan, sangkar dan aksesoris sangkar burung di mana-mana. Kita harus turut mendukung terciptanya ruang kerja dan ruang usaha pada mereka ini.   

8. NIATKAN BAHWA KITA MENDUKUNG USAHA PENANGKARAN BURUNG ITU

Sebagai tanggungjawab kita terhadap keseimbangan alam, maka kita hanya akan membeli dan memelihara burung yang masih banyak di habitatnya, yang mudah ditangkarkan, atau yang langka tetapi bisa dibeli dari hasil penangkaran yang terpantau. Untuk itu kesukacitaan kita memelihara burung kicau harus kita niatkan juga untuk mendukung proses penangkaran burung yang akan dikirim ke pasar burung. Bukan malah mendukung perburuan dan penjaringan burung-burung liar.

9. TIDAK BERORIENTASI LOMBA DAN MENJUAL BURUNG

Kita tentu mafhum bahwa kontes kicau burung punya banyak keuntungan yang bermanfaat, misalnya: 
1. Membangun silaturahmi antar pencinta burung kicau tertentu
2. Melestarikan kesemarakan pesta/ tradisi lokal (hiburan)
3. Meningkatkan popularitas suatu jenis burung tertentu agar banyak peminatnya, sehingga menyukseskan upaya penangkaran jenis burung itu, dan menyukseskan penjual burung, serta penjual pakan, sangkar dan aksesoris sangkar burung.
4. Menaikkan harga burung itu karena banyak disukai orang 
5. Tukar menukar ilmu tentang cara-cara melahirkan burung kicau yang gacor, terutama dari para finalis dan pemenang.

Tetapi lihatlah. Perhatikan baik-baik. Saya tidak memasukkan keuntungan dari lomba itu adalah diperolehnya piala, uang tunai atau hadiah-hadiah lainnya. Mengapa? Karena itu bersifat khusus, eklusif, tidak bersifat kesemarakan umum. Sehingga tidak perlulah orientasi memelihara burung hanyalah untuk menang lomba.

Sekedar analogi. Saya sudah jadi juri lomba baca puisi berkali-kali sejak tahun 90-an. Tetapi tahukah orientasi yang saya tekankan pada peserta lomba? Saya bilang, "Karena jumlah pemenang cuma 6 orang, itu sangat sedikit. Kalian tidak akan kebagian semua. Tetapi yang terpenting kita telah berjihad bersama melalui tema-tema lomba". Sebab melalui tema-tema itu puisi bisa bekerja. Misalnya dengan tema CINTA LINGKUNGAN, ANTI NARKOBA, ANTI KORUPSI, KESETIAKAWANAN SOSIAL, dll. Dengan demikian para peserta akan merasa puas. Padahal mereka juga harus puas mendapatkan ilmu baca puisi yang handal dari para pemenang.

Meskipun demikian sudah saya tegaskan. Ada ilmu utama yang bisa dipetik dari para pemenang lomba itu. Yaitu tukar-menukar informasi / ilmu tentang strategi menciptakan burung kicau yang gacor dan unggulan. 

Pun dalam prinsip pemeliharaan 4-5 sangkar di rumah, burung kicau sebagai teman hidup, tidak terlalu bisa diharapkan sebagai investasi yang positif. Meskipun kita sering mendengar berita dari sana-sini, seekor burung 'bahan' yang dibeli 100ribu setelah dirawat beberapa bulan bisa naik harga sampai 350ribu, bahkan lebih. Atau yang dibeli 250ribu kelak bisa dijual 1 juta. Sebab kalaupun bisa begitu, dengan keuntungan tidak seberapa itu, kita akan kehilangan kenikmatan memelihara burung sebagai teman hidup. Demikian pun pada orang-orang yang cuma berstrategi memindahtangankan. Membeli satu dua burung dari seseorang lalu ditawarkan kembali kepada pembeli lain. Ini jelas-jelas bukan tipikal Sang Pemelihara Sejati. Lebih tepat disebut tukang jualan burung.

Nah itulah 9 Jurus Jitu Pemeliharaan Burung Sabtu-Minggu. Mungkin tulisan ini berbeda dengan sikap hidup sebagian pemelhara burung lain, tetapi tetap saja ini adalah pilihan cerdas para pencinta burung kicau. 

Salam sukses selalu. Burungku burung Indonesia merdeka!

Gilang Teguh Pambudi
Cannadrama.blogspot.com 
Cannadrama@gmail.com 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEU HONCEWANG

TONGKAT WALI

Chairil, Sabung Ayam, dan Generasi Berlagak ABG